Beranjak dari pulau Bali untuk memulai suatu perjalanan hidup mencari makna kemandirian mulai tanggal 10 Oktober 2002 menginjakkan kaki di Bumi Gandrung Banyuwangi, event ini belum pudar dari ingatan karena dua hari setelah itu terjadi tragedi memilukan yaitu meledaknya bom Bali I pada tanggal 12 Oktober 2002, bagaimana tidak..... Empat orang rekan seangkatan menjalankan tugas di Bali.... beruntung semua baik-baik saja mereka semua tak tersentuh oleh bencana mengerikan itu. Waktu demi waktu saya lewati di sini, apa yang saya dengar tentang Banyuwangi sudah saya alami disini, dengan corak budaya yang tidak jauh berbeda dengan budaya Bali (pengaruh budaya Hindu masih terasa) membuat hati tak ada masalah untuk menikmati kerja meskipun angan untuk bekerja di daerah asal tetap saja menyelinap dalam hati (manusiawi kan...). Hingga saatnya tiba mendadak dipanggil untuk mengikuti pelatihan dasar di Jakarta selama satu bulan dan pada tanggal 6 Juni 2006 tinggalkan Banyuwangi dengan segala suka dukanya, tiba di Bali langsung mengikuti Bimtek di Sanur sebelum akhirnya berangkat ke pijakan langkah selanjutnya........ KUPANG...... (I've never thinking about it before).
Ya.... tepat tanggal 10 Juni 2006 untuk pertama kali menginjakkan kaki di daratan Timor, mendarat di Bandara El Tari, sepanjang perjalanan dari penfui sampai dengan kuanino saya disambut dengan rerumputan coklat...... dan batu karang hitam legam berhimpit dengan rerumputan kering tumbuh liar. Benar kata orang kalau kupang terkenal dengan angkotnya yang "Gaul", bagaimana tidak dengan dentuman musik dalam angkot yang begitu kerasnya seolah-olah setiap sudut kota adalah "mobile discotique". Inilah kupang, tersirat dalam hati sanggupkah melaksanakan kepercayaan yang sudah diberikan dengan kondisi yang sedikit beda dengan Bali maupun Banyuwangi...... inilah tantangan... Menjawab masalah yang sudah ada jawabnya itu biasa, namun menjawab suatu masalah dengan jawaban yang masih harus diekplorasi itulah seni...... Setahun sudah mengikuti alunan nyanyian daun lontar dihembus angin dari benua Australia, Bitter sweet just swelow it.... Inilah pengalaman yang belum tentu orang lain bisa rasakan, daratan Alor sudah terjamah, perbatasan RI-RDTL di Motain yang selama ini hanya bisa disaksikan lewat layar TV bila kerusuhan meledak di Dili sudah saya tapaki juga... bahkan ilham lagu Koes Plus tentang "kolam susu" sudah saya datangi (sebenarnya nama daerah tersebut adalah desa KOLAM SUSUK), satu daratan yang merupakan wilayah kerja saya yaitu Daratan Rote Ndao belum sempat saya datangi, mudah-mudahan dalam waktu dekat saya bisa kesana, mohon doanya.
Ya.... tepat tanggal 10 Juni 2006 untuk pertama kali menginjakkan kaki di daratan Timor, mendarat di Bandara El Tari, sepanjang perjalanan dari penfui sampai dengan kuanino saya disambut dengan rerumputan coklat...... dan batu karang hitam legam berhimpit dengan rerumputan kering tumbuh liar. Benar kata orang kalau kupang terkenal dengan angkotnya yang "Gaul", bagaimana tidak dengan dentuman musik dalam angkot yang begitu kerasnya seolah-olah setiap sudut kota adalah "mobile discotique". Inilah kupang, tersirat dalam hati sanggupkah melaksanakan kepercayaan yang sudah diberikan dengan kondisi yang sedikit beda dengan Bali maupun Banyuwangi...... inilah tantangan... Menjawab masalah yang sudah ada jawabnya itu biasa, namun menjawab suatu masalah dengan jawaban yang masih harus diekplorasi itulah seni...... Setahun sudah mengikuti alunan nyanyian daun lontar dihembus angin dari benua Australia, Bitter sweet just swelow it.... Inilah pengalaman yang belum tentu orang lain bisa rasakan, daratan Alor sudah terjamah, perbatasan RI-RDTL di Motain yang selama ini hanya bisa disaksikan lewat layar TV bila kerusuhan meledak di Dili sudah saya tapaki juga... bahkan ilham lagu Koes Plus tentang "kolam susu" sudah saya datangi (sebenarnya nama daerah tersebut adalah desa KOLAM SUSUK), satu daratan yang merupakan wilayah kerja saya yaitu Daratan Rote Ndao belum sempat saya datangi, mudah-mudahan dalam waktu dekat saya bisa kesana, mohon doanya.
Komentar